Ketika para ilmuwan menemukan bahwa penyebab AIDS adalah virus,
mereka berpikir dapat memusnahkan AIDS dari muka bumi ini dengan
menciptakan vaksinnya. Namun setelah sekian lama penelitian AIDS
berlangsung, sampai sekarang belum ada juga vaksin yang sanggup melatih
sistem imunitas tubuh kita untuk mencegah masuknya virus HIV.
Mekanisme terinfeksinya sebuah sel oleh virus HIV-1 adalah sebuah
proses yang melibatkan beberapa molekul yang bekerja secara sistematik.
Pada bungkus virus ada lapisan protein gula (glycoprotein) yang
mempunyai bagian yang dikenali antibodi (epitope, yang memicu
netralisasi) dan bagian lain yang dikenali receptor dan CD4 .(yang
menyebabkan sel terinfeksi).
Glycoprotein yang
membungkus virus dikenali oleh molekul CD4 pada sel yang kemudian
menyebabkan co-receptor (CXCR4 atau CCR5) pada sel juga mengikat
virus tersebut dan dimulailah proses penyampaian sinyal (bahwa ada
tamu asing yang datang) ke dalam sel. Sinyal inilah yang kemudian
memberi aba- aba bahwa si sel telah terinfeksi dan akan segera
dimanipulasi oleh virus untuk proses replikasinya. Tubuh kita pun
berusaha menetralisir virus itu dengan memproduksi antibodi yang dapat
mengenali virus tersebut secara spesifik. Bagian pada virus di mana
antibodi dapat melekat secara spesifik, disebut epitope. Proses
melekatnya virus (antigen) dan antibodi yang diproduksi tubuh ini dapat
dibayangkan seperti kunci dan anak kunci yang hanya cocok dengan
pasangannya.
Berbagai tes klinis menunjukkan bahwa vaksin
tidak dapat menolong para pasien yang telah terinfeksi, sebagian
besar dari pasien yang telah menerima vaksin pun, tetap menunjukkan
gejala AIDS dan hal ini menyebabkan para ilmuwan menduga bahwa virus
HIV mempunyai kemampuan untuk terus-menerus memutasikan dirinya
sehingga antibodi yang sudah terbentuk tidak dapat mengenalinya lagi
dan infeksi berlangsung terus tanpa bisa dihentikan.
Laporan
riset yang dimuat di Nature edisi bulan ini membuktikan hipotesa
ini. Plasma darah pasien yang terinfeksi menunjukkan kekebalan
terhadap antibodi yang diproduksi tubuh. Setelah diselidiki, ’sequence
protein’ dari bungkus glycoprotein virus memang mengalami perubahan.
Mutasi ini tersebar sepanjang gen, beberapa bersifat konservatif :
diwariskan ke generasi berikutnya , namun bagian yang dikenali
receptor (bagian yang menyebabkan awal terjadinya infeksi) justru
mempertahankan karakter intrinsiknya. Xiping Wei dkk 1) juga
mengemukakan bahwa beberapa mutasi yang terakumulasi menyebabkan
perubahan struktur bungkus glycoprotein sedemikian rupa sehingga
menutupi epitope virus, bagian yang seharusnya dikenali antibodi dan
dapat memicu proses netralisasi. Hasil riset lain yang meneliti hal
yang serupa dengan meninjau dari segi termodinamika 2), menunjukkan
bahwa ada perubahan entropi yang besar pada sisi yang dikenali
receptor. Nilai entropi yang sangat negatif menunjukkan bahwa terjadi
penyelubungan permukaan atau adanya protein yang terlipat. Virus HIV
tampaknya cukup licik untuk mempertahankan kemampuannya mengikat
diri dengan receptor sel sementara memutasi bagian yang berhubungan
dengan antibodi sehingga dapat menghindari proses netralisasi tubuh.
Mimpi para ilmuwan untuk menaklukkan AIDS dengan imunisasi mungkin
hanya tinggal mimpi.[SI]
Referensi :
1. Antibody Neutralization and Escape by HIV-1, Xiping Wei et al. Nature 422, 307-312(2003)
2. HIV-1 Evades Antibody-mediated Neutralization through Conformational Masking of Receptor-Binding Sites, Peter D.Kwong et al. Nature 420, 678-682(2002)
0 comments:
Post a Comment